Penyebaran virus Corona (COVID-19), dan pemberlakuan lockdown (pembatasan pergerakan manusia, barang, dan uang) mempercepat penggunaan teknologi serta platform digital yang belum banyak digunakan oleh seluruh masyarakat dunia. Saat konsumen terkunci, jutaan orang dipaksa untuk bekerja dan beraktivitas dari rumah, maka solusinya adalah digital dan teknologi. Apa saja perubahan perilaku belanja e-commerce itu?
Dengan adanya pemberlakuan lockdown; secara tidak langsung manusia diharuskan mencari solusi dengan bantuan teknologi untuk membantu tugas sehari-hari, seperti berbelanja atau bekerja dari rumah.
Tidak semua orang tidak terbiasa untuk berbelanja secara online. Sebagian orang mungkin baru pertama kali berbelanja bahan makanan atau obat-obatan secara online; tapi bagi pihak yang lain ini mungkin berarti bakal ada peningkatan penggunaan platform online atau penambahan teknologi, alat, dan perangkat lunak yang baru dalam mendukung aktivitas jarak jauh, seperti penggunaan Google Conference, Hangouts, Skype, Zoom dan lain-lain.
Awalnya masyarakat hanya menggunakan teknologi untuk mencari informasi dan berita seputar isu virus corona. Tapi ternyata hal ini menjadi jembatan atau katalis percepatan dari adopsi penggunaan digital dan teknologi secara lebih luas; termasuk cara menggunakan dan perubahan perilaku belanja e-commerce atau media online .
1. Peningkatan Belanja Online ke seluruh kategori produk.
Secara umum, transaksi belanja online baik di marketplace e-commerce; atau website commerce hingga social media commerce dan reseller platform di PowerCommerce.Asia mengalami peningkatan hingga berpuluh-puluh kali lipat sejak Februari; dan melonjak luar biasa pada saat Presiden mengumumkan pasien pertama virus corona di tanggal 4 Maret 2020.
Pada awalnya adopsi penggunaan e-commerce ini memang dimulai dari produk kategori tersier. Produk seperti fashion, elektronik, perjalanan, dan hiburan menjadi produk yang biasa dibeli konsumen melalui bidang ritel e-commerce, kemudian diikuti oleh kategori kecantikan dan perawatan pribadi.
Namun semenjak merebaknya wabah virus Corona; penjualan produk melalui e-commerce berubah menjadi ke produk kategori perlindungan diri, healthcare, produk sanitasi, hingga bahan makanan. Setelah kebijakan lockdown dan pembatasan berkumpul orang, termasuk dalam ibadah, produk-produk terkait perlengkapan ibadah menjadi meningkat tajam. Produk seperti sajadah; baik yang normal atau sajadah untuk travel, mukena untuk travel, hingga disinfectant untuk ruangan ibadah dan masjid menjadi beberapa contoh yang penjualannya mengalami peningkatan.
Dalam pertumbuhan mendadak berdasarkan kategori produk terbagi menjadi 4 kelompok :
- Kategori terkait dengan kesehatan dan perlindungan diri: Baik itu asuransi, produk suplemen imunitas daya tahan tubuh, hingga produk perlindungan diri sanitasi, seperti hand sanitizer dan juga obat-obatan vitamin.
- Kelompok Kebutuhan Rumah tangga dan dapur: Seperti stok makanan; baik itu kebutuhan makanan dasar (gula, beras, mie instan) hingga makanan cemilan untuk kebutuhan teman ketika kebijakan work from home diberlakukan, dan kelompok FMCG (fast moving consumer goods) mengalami peningkatan penjualan di e-commerce channel
- Kelompok Produk Entertainment dan Kebugaran: Diberlakukannya kebijakan social distancing dan work from home berimbas pada banyaknya keluarga yang mengambil keputusan untuk spending family time di rumah. Produk group untuk hiburan keluarga; seperti produk permainan (konsol playstation) hingga peralatan produk olahraga mandiri seperti peralatan fitness dan gym meningkat lebih dari 2 kali lipat di bulan Maret.
- Kelompok terkait dengan ibadah: Adanya batasan orang berkumpul termasuk di dalamnya berkumpul untuk melakukan proses ibadah berjamaah mengakibatkan peningkatan order untuk perlengkapan ibadah.
2. Tantangan Supply Chain menjadi fokus utama.
Berkaitan dengan lonjakan eksponensial di beberapa kategori produk ini, maka strategi dan perencanaan serta eksekusi supply chain menjadi tantangan baru, termasuk dalam hal mengelola logistics disaster management.
Di awal situasi, banyak konsumen dihadapkan pada rak-rak kosong ketika mencari produk-produk dengan permintaan tinggi di toko offline. Hal ini memaksa beberapa konsumen untuk mencari sumber online alternatif untuk menemukan produk yang mereka butuhkan. Bisnis direct-to-consumer (DTC) telah berkembang dengan pesat dalam beberapa minggu terakhir.
Tantangan terbesar ketika menghadapi situasi fluktuasi ini adalah bagaimana menghitung forecast number untuk produk-produk tersebut. Dalam beberapa kejadian, kami melakukan perhitungan forecast dan menghasilkan forecast yang menunjukan dalam hitungan jam produk sudah sold out. Sehingga kami harus melakukan re-alokasi stock dari forecast awal yang dibuat di beberapa sales channel.
PowerCommerce.Asia sebagai omni-channel platform solution and services harus melakukan forecast kalkulasi penjualan; tak hanya di salah satu channel marketplace saja namun juga multi-sales channel online dan juga offline. Di online multi-channel forecast terbagi menjadi: marketplaces (beberapa marketplace), website commerce, social commerce hingga reseller platform commerce dan offline channels.
3. Perubahan Perilaku Belanja E-commerce akan menjadi new habit karena Corona!
Musibah wabah Corona ini telah menghadirkan banyak pengguna baru dalam pembelanja online; dan tentunya di masa yang akan datang akan menjadikan industri e-commerce sebagai salah satu channel penjualan dengan pertumbuhan yang jauh lebih baik. Namun, kondisi archipelago Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau akan membuat aspek logistik; baik itu ongkos pengiriman dan lead time lamanya pengiriman menjadi salah satu kunci utama dalam jangka panjang. Sehingga konsep e-commerce logistics yang tersentralisasi seperti sekarang akan tetap menjadi hambatan pertumbuhan ketika masa COVID-19 mereda dan kondisi pasar kembali normal. Maka, desentralisasi logistics e-commerce adalah kunci utama dan Omni-Channel Solution menjadi solusi integrasi e-commerce Indonesia kedepan!
Salam with Love HK
Related Posts
November 23, 2019
Transformasi Bisnis Digital Bank Muamalat bersama PowerCommerce.Asia
PowerCommerce.Asia kembali mendapat kepercayaan untuk membantu proses transformasi bisnis sebuah…
November 4, 2019
Connect 2019, Ajang Kolaborasi Membangun Ekonomi Digital Indonesia
Connect 2019 telah selesai digelar pada 30-31 Oktober 2019 lalu bertempat di Hall B, Jakarta…
October 8, 2018
Digital Retail Transformation
On Wednesday, 7th of August 2018. Mr. Hadi Kuncoro, our Power Group CEO give a talk in front of…