eCommerce Omni-Channel, Asa Baru Dunia eCommerce

Tak bisa dipungkiri, eCommerce telah menjadi bagian esensiil dalam kehidupan sehari-hari. Dari yang dulu hanya dipergunakan untuk membeli produk-produk kebutuhan tersier, kini banyak orang yang bergantung pada platform eCommerce untuk memenuhi kebetuhan sehari-harinya.

Terlepas dari kondisi pandemi COVID-19 yang menjadi salah satu pendorongnya, laporan McKinsey di tahun 2018 lalu telah memprediksi bahwa industri e-commerce di Indonesia akan mencapai nilai USD 40 miliar pada tahun 2022. Bahkan, rilis dari Kominfo menyebutkan bahwa pertumbuhan eCommerce Indonesia sangatlah tajam dan mencapai 91 persen selama pandemi ini.

Hal ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 memang menghadirkan akselerasi pertumbuhan bagi dunia eCommerce. Terlepas dari hal ini, pengalaman berbelanja melalui platform eCommerce memang sedikit berbeda dibandingkan ketika pelanggan berbelanja langsung ke toko offline. Lalu apa yang perlu dilakukan oleh brand untuk tetap menghadirkan pengalaman belanja online terbaik bagi pelanggan? eCommerce Omni-Channel solusinya.

Apa itu eCommerce Omni-Channel?

eCommerce Omni-Channel
Integrasi Seluruh Platform pada eCommerce Omni-Channel (Dok. PowerCommerce.Asia)

eCommerce Omni-Channel merupakan salah satu metode pemasaran yang menggunakan banyak platform namun tetap terintegrasi satu sama lain. Meskipun brand menggunakan banyak platform, pelanggan akan tetap merasakan pengalaman yang sama di semua platform, baik dari toko offline, marketplace, hingga media sosial.

PowerCommerce.Asia sebagai eCommerce Omni-Channel Enabler and Supply Chain Solution-Services Company memahami betul keresahan yang selama ini dirasakan brand dan juga pelanggan. Apalagi, selama masa pandemi ini penggunaan platform eCommerce mengalami peningkatan dan tentu harus bisa dimanfaatkan oleh brand.

Karena itu, melalui eCommerce Omni-Channel Enabler ini, PowerCommerce.Asia mencoba menghadirkan solusi 360° kepada brand untuk meningkatkan skala bisnis mereka dan menjadi superior dibandingkan kompetitor.

Mengapa Brand Harus Menerapkan eCommerce Omni Channel?

Menghadirkan Pengalaman Terbaik Untuk Pelanggan

Dengan terintegrasinya seluruh platform yang ditawarkan, pelanggan akan merasakan pengalaman yang sama dari setiap platform yang mereka gunakan. Integrasi ini tak hanya terbatas di platform online saja, namun juga offline. Sehingga, ketika PowerPeople belanja produk secara online, pengiriman pesanan tersebut bisa langsung diproses dari hub terdekat dan diterima hari itu juga.

Memahami Perjalanan Pelanggan

eCommerce Omni-Channel memungkinkan brand untuk mengumpulkan dan menggabungkan data pelanggan dari berbagai platform yang digunakan. Jika digabungkan, data ini akan memberikan gambaran lengkap tentang jenis pelanggan apa yang tertarik dengan produk PowerPeople dan seperti apa perilaku mereka, yang memberi PowerPeople kekuatan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan yang dihadirkan.

Kontrol Dari Satu Dashboard

Brand tak perlu pusing untuk mengelola toko mereka yang berada di berbagai platform. Control Tower Dashboard dari PowerCommerce.Asia akan membantu brand untuk upload produk, mengelola stok, hingga memantau penjualan dari satu dashboard saja. Brand juga dapat mengolah data penjualan dan menggunakannya untuk mengidentifikasi masalah apa pun yang memerlukan tindakan sesegera mungkin.

Jadi, apakah PowerPeople tertarik untuk scale up your business dan menghadirkan eCommerce Omni-Channel solution? Hubungi kami disini (PCA/Fahri)


3 Tren Ecommerce di 2021

Tren ecommerce tengah berada dalam posisi positif pada tahun 2020 lalu. Lanskap ritel telah bergeser dan semakin banyak konsumen yang memilih kemudahan dalam belanja online. Bukan tanpa alasan, pandemi Covid-19 telah membuat konsumen lebih nyaman untuk belanja secara online karena dapat menghindari kontak langsung dengan orang lain.⁠ 

Keadaan tersebut menghadirkan akselerasi pada perkembangan industri ecommerce di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dikutip dari tempo.com, nilai transaksi ecommerce di 2020 lalu mencapai 253 triliun rupiah.  Angka tersebut meningkat dari tahun 2019 yang hanya mencapai 205,5 triliun rupiah. 

Di tengah akselerasi pertumbuhan ecommece saat ini, tren apa yang akan hadir pada tahun 2021 ini?⁠

Here we go, 3 prediksi tren ecommerce yang harus Anda perhatikan di tahun 2021 ini

New Consumer Behaviour

tren ecommerce 2021
Perubahan perilaku pelanggan mulai terjadi semenjak pandemi COVID-19 hadir (Photo by Dennis Siqueira on Unsplash)

Selama masa pandemi ini, konsumen mulai terbiasa untuk membeli kebutuhan sehari-hari secara online. Survey yang dilakukan oleh Statista menunjukkan bahwa alasan utama konsumen berbelanja online adalah karena produk yang dipesan bisa langsung diantar langsung ke rumah. Tentunya alasan tersebut sangat masuk akal, mengingat saat ini orang sangat menghindari kerumuman.

Perubahan pola perilaku konsumen ini yang akan berdampak pada pertumbuhan ecommerceBank Indonesia memproyeksikan pada tahun 2021 ini nilai transaksi di ecommerce akan meningkat 33% dan menyentuh angka 337 triliun rupiah. Brand tentunya perlu mempelajari perubahan perilaku konsumen dan memanfaatkan opportunity yang ada di dalamnya.

Fulfillment Sebagai Pembeda

Fulfillment services bisa menjadi pembeda di tengah tren e-commerce saat ini (Sumber: sap-express.id)

Dikutip dari shopify.com, pada paruh pertama tahun 2020, industri ecommerce mengalami peningkatan permintaan fulfillment hingga 51%. Di tengah tren ecommerce yang terjadi di seluruh dunia, banyak brand dan pemilik bisnis memprioritaskan peningkatan fulfillment untuk mencegah kenaikan biaya dan memenuhi ekspektasi konsumen.

Brand dihadapkan pada tuntutan yang diinginkan oleh konsumen, yakni pengiriman cepat, murah, dan aman. Tak ada pilihan lain bagi brand selain menata ulang fulfillment process yang mereka miliki. Mulai dari peningkatan produktivitas pemenuhan pesanan, efisiensi proses picking dan handling, serta memaksimalkan manajemen inventaris.

Belanja Online Berasa Offline

Apa Itu Pendekatan Omnichannel
Omni-Channel sebagai solusi menjadikan belanja online senyaman belanja offline (Sumber: powercommerce.asia)

Di tengah menggeliatnya tren berbelanja online, tentunya banyak brand yang turut terjun ke dunia ecommerce. Mereka yang asalnya hanya fokus berjualan dari toko offline, kini mulai beralih menjual produknya di platform ecommerce. Sayangnya, masih banyak brand atau bisnis yang tak menghadirkan pengalaman yang sama seperti ketika konsumen tengah berbelanja di toko offline. Bagaimana cara bisnis Anda siap menghadirkan pengalaman tersebun dan bertransformasi ke era serba digital?

Brand akan selalu dituntut untuk menghadirkan pengalaman dan kenyamanan yang sama untuk online shopping experience konsumen. Mulai dari channel penjualan yang beragam, pengiriman yang cepat, hingga responsivitas dari layanan pelanggan yang dimiliki. Karena itu, integrasi antar platform melalui solusi omni-channel sebagai sebuah hal yang akan wajib diterapkan oleh brand agar mampu bersaing dengan para kompetitor.

PowerCommerce.Asia sebagai ecommerce omni-channel enabler and supply chain solution-services company siap membantu Anda untuk menyusun strategi dalam menghadapi tren ecommerce di 2021 ini. Feel free to ask us and we are ready to empowering your brand! (PCA/Fahri)

 


PowerCommerce.Asia Welcoming 2021

2020 is a year full of stories that will always be remembered. PowerCommerce.Asia started the year with high optimism before the COVID-19 pandemic emerged. This pandemic has indeed changed many aspects of our lives. As a company, PowerCommerce.Asia managed to adapt and got through it with a remarkable achievement.

Massive changes have occurred in the customer's shopping behavior. They tend to shop online on e-commerce and this has an impact on the growth of our incoming orders. We processed up to 10.9 times number of orders more than the previous year. Our sales also grew by 12.2 times compared to 2019.

PowerCommerce.Asia in 2020
What PowerCommerce.Asia Achieved in 2020 (Source: PowerCommerce.Asia)

As an e-commerce omni-channel enabler and supply chain solution-services company, we also collaborate with new global and national brands from various categories such as MamaSuka, Saint-Gobain, Greenfields, Bursa Sajadah, and Twinings Tea.

Related to the growth of our clients, we have expanded our warehouse capacity in Jakarta, 25 times bigger than our previous warehouse. PowerCommerce.Asia also opened new warehouses and fulfillment centers in Surabaya and Yogyakarta to optimizing our omni-channel solution and provide the best online shopping experience for all customers throughout Indonesia.

We've been through a lot in 2020. Thanks to our PowerRangers for their dedication, discipline, and hard work in 2020. But it’s not the end.

Let’s start a new chapter and looking forward to the opportunities in 2021 with full of confidence.


Evolusi E-Commerce

Evolusi E-Commerce Indonesia

Berbicara mengenai evolusi bisnis e-commerce di Indonesia, PowerPeople pastinya menyadarai bahwa dalam beberapa tahun kebelakang perkembangannya sangatlah pesat. Terlebih, selama masa pandemi ini, banyak masyarakat yang lebih memilih untuk berbelanja online dari rumah ketimbang mengambil resiko ke tempat ramai.

Di tahun 2019 lalu, Laporan dari McKinsey menyebut bahwa nilai kapitalisasi pasar e-commerce di indonesia mencapai USD 21 miliar atau sekitar Rp 294 triliun. Laporan tersebut juga telah memprediksi bahwa nilai tersebut akan berkembang mencapai nilai USD 40 miliar pada tahun 2022.

Namun, dibalik perkembangan industri e-commerce di Indonesia yang pesat ini, seperti apa sih awal mula industri e-commerce Indonesia terlahir?

Lahirnya Bhinneka dan Forum Jual Beli Kaskus

Evolusi E-Commerce Bhinneka
Tampilan website bhinneka.com di tahun 1999 (Sumber: Bhinneka.com)

Jauh sebelum hadirnya marketplace-marketplace seperti Shopee, Tokopedia, ataupun Bukalapak, Bhinneka dan FJB Kaskus merupakan pionir e-commerce Indonesia. Mulai beroperasi sejak tahun 1999, Bhinneka merupakan website e-commerce yang menjual perangkat keras dan lunak komputer.

PowerPeople yang aktif menggunakan internet di awal 2000an tentunya juga sudah tak asing dengan Kaskus. Salah satu forum terbesar di Indonesia pada masanya ini memiliki subforum Jual-Beli (FJB). Di FJB ini, penjual akan membuat postingan mengenai produknya dan menawarkannya kepada calon pembeli. Namun transaksi di FJB Kaskus biasanya akan dilakukan di luar Kaskus.

Hadirnya Marketplace dan Era Baru E-Commerce Indonesia

Evolusi E-Commerce Marketplace
Official Store Twinings Tea di Shopee (Sumber: Shopee Twinings Tea

Evolusi e-commerce berlanjut di era 2010an, dimana saat itu hadir Bukalapak dan Tokopedia. Kedua platform berbentuk marketplace ini hadir dan memudahkan penjual untuk memasarkan produknya di internet. Menggeliatnya industri e-commerce di tanah air juga menarik minat pemain dari luar negeri.

Pada 2011, Rakuten melebarkan sayapnya dan masuk ke Indonesia. Di akhir tahun, giliran Zalora Group yang turut mendirikan Zalora Indonesia. Di tahun yang sama, Tiket.com juga mulai beroperasi. Hingga pada akhir tahun 2012, Indonesia memiliki hari perayaan e-commerce-nya sendiri, yakni Hari Belanja Online Nasional yang diperingati pada 12 Desember.

Perkembangan e-commerce terus berlanjut dengan hadirnya platform superapps seperti Go-Jek dan Traveloka, serta masuknya Shopee dan JD.ID di industri e-commerce Indonesia. Hingga akhirnya, pada tahun 2017 Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak meraih gelar unicorn atau startup dengan nilai valuasi lebih dari US$1miliar.

Omni-Channel, Evolusi E-Commerce Selanjutnya?

Melihat perkembangan e-commerce yang tak terpengaruh dengan situasi pandemi dan terus melesat, lalu apa selanjutnya? PowerCommerce.Asia sebagai pionir e-commerce omni-channel and supply chain company menghadirkan solusi baru yang mengintegrasikan platform penjualan, mulai dari online-offline hingga B2B dan B2C. Teknologi ini akan menghadirkan pengalaman tanpa batas bagi brand dan juga konsumen di dunia e-commerce.

Tapi apakah omni-channel akan menjadi evolusi e-commerce selanjutnya?

Jangan lewatkan pembahasan lebih lengkap tentang topik “Evolusi E-Commerce Dari Dulu Sampai Sekarang” hanya di Diskusi Solusi untuk UKM Bersama CEO PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro pada program Smart E-Commerce talks pada hari Senin, 21 Desember 2020 jam 7 malam broadcasting live on SMART FM Radio. Saksikan siaran LIVE di sini[PCA/Fahri]


Transformasi Digital

Transformasi Digital, Gaya-Gayaan atau Kebutuhan?

Transformasi digital, sebuah istilah yang tentu sudah tak asing lagi di telinga PowerPeople. Terlebih, jika kalian berada di industri teknologi atau digital. Secara pengertian, transformasi digital merupakan sebuah kondisi perubahan dari bisnis dengan menggunakan teknologi digital sebagai pilarnya.

Karena teknologi terus berubah dan berkembang dengan cepat, banyak bisnis menyadari bahwa mereka tidak dapat mengikuti kemajuan teknologi tersebut. Agar tetap mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan, transformasi ini dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan jaman.

Sebuah survey dari McKinsey Digital 2019 menemukan bahwa 93 persen eksekutif percaya bahwa memanfaatkan teknologi digital sangat penting untuk mencapai tujuan strategis. Proses transformasi digital ini dapat membawa peluang baru, meningkatkan proses kerja, memperluas produksi, dan banyak manfaat lainnya.

Transformasi Digital Jadi Kunci Di Masa Pandemi

Pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa tidak ada bisnis yang benar-benar tahan banting. Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020, banyak sekali perubahan yang terjadi dengan jangka waktu yang sangat cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya. Mulai dari cara orang berbelanja, berkomunikasi, bekerja, bahkan gaya hidup juga mengalami perubahan.

Teknologi kini memiliki peran yang jauh lebih penting dalam tatanan new normal ini. Sebut saja penggunaan platform cloud meeting untuk menunjang sistem kerja yang lebih efisien dan aman. Contoh lain, penggunaan kode QR di restoran  untuk memesan makanan juga sudah menggantikan peran dari buku menu yang selama ini digunakan.

Menghadapi berbagai perubahan ini, transformasi digital telah menjadi isu sentral, seperti yang ditunjukkan oleh laporan KPMG "CEO Outlook 2020: COVID-19". Laporan tersebut menyebut bahwa 80% CEO dari organisasi terbesar dunia telah melihat program transformasi mereka semakin cepat selama pandemi ini. Hal ini sekaligus menandakan bahwa transformasi digital benar-benar telah menjadi kebutuhan untuk saat ini.

Lalu, apa yang perlu dimulai pertama kali untuk melakukan transformasi digital?

Jangan lewatkan pembahasan lebih lengkap tentang topik “Apa itu Transformasi Digital dan Mengapa itu Penting?” hanya di Diskusi Solusi untuk UKM Bersama CEO PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro pada program Smart E-Commerce talks pada hari Senin, 7 Desember 2020 jam 7 malam broadcasting live on SMART FM Radio. Saksikan siaran LIVE di sini[PCA/Fahri]


Supply Chain Indonesia

Omni-Channel dan Supply Chain di Indonesia

Perkembangan e-commerce yang begitu pesat tentunya tak bisa dipisahkan dengan kondisi landscape supply chain Indonesia itu sendiri. Mengapa demikian? Kehadiran e-commerce memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memperoleh barang secara online. Selanjutnya, proses pengiriman barang kepada konsumen inilah yang melibatkan peran industri logistik atau supply chain.

Saat ini landscape supply chain Indonesia masih berkonsep sentralistik. Dimana pusat logistik dan asal barang masih terpusat di pulau Jawa. Padahal Indonesia memiliki landscape archipelago yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau dan dikelilingi lautan. Inilah yang membuat cost logistik di Indonesia menjadi yang paling tinggi di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi baru yang mampu mengatasi permasalahan e-commerce dan supply chain Indonesia. Penyedia jasa logistik harus menyiapkan layanan yang lebih efisien serta perlu mengikuti perubahan pola bisnis seperti digital work, logistics marketplaces, dan tentunya omni channel solution.

Omni-Channel, Solusi Polemik Supply Chain Indonesia

Supply Chain Indonesia
Smart FM Episode 23 November dengan topik "Omni-Channel dan Landscape Supply Chain E-Commerce di Indonesia" (Sumber: PowerCommerce.Asia)

Omni-Channel sebagai sebuah strategi lintas saluran yang mengintegrasikan semua platform menjadi salah satu solusi yang tepat untuk supply chain Indonesia. Strategi ini juga memiliki fokus dalam menghadirkan pengalaman terbaik untuk pelanggan. Di era digital transformasi ini, omni-channel memungkinkan proses-proses manajemen bisnis, dari customer relationship management, order management, hingga logistik atau supply chain terintegrasi pada satu sistem.

“Omni-channel akan jadi bagian resolusi logistik atau supply chain Indonesia ke depannya. Kenapa? Karena dengan jumlah 200 juta penduduk dan 17 ribu pulau,  konsep integrasi seluruh channel dalam satu integrasi digital technology menjadi penting,” jelas Chief Executive Officer dan Founder PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro.

Salah satu bentuk inovasi dari platform omni-channel ini, pengiriman barang tak lagi tersentralisasi. Ketika konsumen membeli barang dari kota C, pengiriman tak lagi dilakukan dari pusat namun dari hub terdekat dari kota C tersebut. Dengan demikian, biaya shipping atau ongkos kirim akan lebih terkontrol dan efisien. Ini hanya sebagian kecil inovasi yang dihadirkan oleh omni-channel untuk supply chain Indonesia.

PowerPeople penasaran inovasi berbentuk apalagi yang bisa dihadirkan oleh omni-channel solution?

Jangan lewatkan pembahasan lebih lengkap tentang topik “Omni-Channel dan Landscape Supply Chain E-Commerce di Indonesia” hanya di Diskusi Solusi untuk UKM Bersama CEO PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro pada program Smart E-Commerce talks pada hari Senin, 23 November 2020 jam 7 malam broadcasting live on SMART FM Radio. Saksikan siaran LIVE di sini[PCA/Fahri]


Harbolnas dan Momentum Kebangkitan E-Commerce Indonesia

Harbolnas atau Hari Belanja Online Nasional menjadi salah satu momen paling dinanti bagi para pelaku e-commerce di Indonesia. Pada event yang diselenggarakan pada tanggal cantik 12 Desember (12.12) ini, ratusan ritel online menawarkan diskon besar-besaran yang pastinya sulit dilewatkan oleh para pelanggan setia e-commerce.

Seiring dengan perkembangan literasi digital di Indonesia, pesta belanja online tak hanya digelar di 12 Desember saja. Pra-event dimulai sejak beberapa bulan sebelumnya, seperti 10.10 dan 11.11, hingga puncaknya pada harbolnas pada 12 Desember. Tapi sebenarnya darimana sih asal usul pesta belanja online se-nasional ini?

Menelusuri sejarahnya, pesta perayaan belanja online ini pertama kali di selenggarakan pada 12 Desember 2012. Saat itu, beberapa pelaku e-commerce di Indonesia menjadi pemrakarsanya. Sebut saja Lazada Indonesia, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka, dan Bukalapak.

Dimulai hanya dengan melibatkan 6 peserta, event yang kini berada dalam kawalan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) berkembang dengan sangat signifikan. Hal ini bisa dilihat dengan peningkatan jumlah peserta di tahun 2020 ini yang mencapai lebih dari 250 platform belanja online.

Harbolnas Sebagai Momentum Kebangkitan E-Commerce Indonesia

Harbolnas Momentum Kebangkitan E-Commerce Indonesia
Hitung mundur event Harbolnas 12.12 (Sumber: harbolnas.idea.or.id)

Kehadiran Harbolnas menjadi salah satu momentum kebangkitan e-commerce di Indonesia. Tingginya antusiasme pelanggan dalam menyambut pesta belanja yang satu ini menandakan bahwa e-commerce tak hanya sekedar opsi dalam berbelanja. Dikutip dari detik.com, Direktur Shopee Indonesia Handika Jahja menyebut, pada 1 jam pertama harbolnas 11.11 dimulai, transaksi telah meningkat drastis sebanyak 6 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini menandakan bahwa kondisi pandemi COVID-19 ternyata sama sekali tidak mempengaruhi geliat pelanggan dalam berbelanja, terutama melalui platform e-commerce. Kondisi ini yang sebenarnya harus bisa dimanfaatkan oleh brand dan UKM, khususnya untuk mereka yang terdampak pandemi.

Ide tersebut yang juga menjadi pembeda Harbolnas tahun ini dibanding tahun-tahun sebelumnya. IdEA selaku induk e-commerce Indonesia mendukung penuh produk-produk lokal pada gelaran tahun ini. Salah satunya dengan dihadirkannya event yang berlangsung selama 2 hari. Dimana event pada 11 Desember 2020 diperuntukkan khusus untuk UKM dan produk lokal.

Di tahun ini, idEA juga akan memberikan promo sekitar 30 persen. Selain itu, beberapa sponsor juga telah dipersiapkan untuk memberikan subsidi hingga 40 persen yang difokuskan untuk produk-produk lokal. ’’Karena Harbolnas dan idEA ini jadi bagian dari gerakan Bangga Buatan Indonesia. Jadi, kita push untuk produk lokal," papar Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesai (idEA)

Nah, menjelang pergelaran Harbolnas 12.12 nanti, sudah sejauh mana nih persiapan PowerPeople? Apakah brand atau usaha PowerPeople sudah siap untuk pesta terbesar di e-commerce Indonesia yang akan berlangsung kurang dari 1 bulan lagi ini? (LG/Fahri)


Customer Experience

Bangun Customer Experience di Era E-Commerce

Customer experience atau pengalaman pelanggan merupakan salah satu komponen penting dalam strategi marketing, terutama di era e-commerce seperti sekarang. Pelanggan saat ini mengharapkan kebebasan yang lebih besar untuk memilih platform yang ingin digunakan untuk berbelanja. Namun dengan pengalaman yang sama.

Sebuah riset dari American Express, menunjukkan bahwa sebanyak 60% responden bersedia membayar lebih banyak demi mendapatkan customer experience yang lebih baik.⁠ Hal ini menunjukkan bahwa brand sudah tidak bisa memandang customer experience sebelah mata. Pengalaman berbelanja pelanggan menjadi komponen utama untuk merebut hati mereka.

Pengalaman ini mencakup keseluruhan interakasi antara pelanggan dengan brand. Interaksi ini tidak hanya berupa transaksi jual beli, tapi juga sejak tahap awareness hingga pelayanan after sales. Semakin baik customer experience yang dirasakan konsumen, maka idealnya semakin baik pula pengaruhnya terhadap penjualan.

Lalu bagaimana cara brand membangun customer experience di dunia e-commerce?⁠ Omni-Channel jawabannya.

Apa Itu Pendekatan Omnichannel

Seamless Customer Experience dan Omni-Channel

Omni-channel merupakan kombinasi dari berbagai macam platform yang dimiliki oleh brand untuk meningkatkan customer experience pelanggannya. Pengaplikasian omnichannel membuat brand dapat menjangkau pelanggannya lebih mudah dan efesien karena telah mengintegrasikan berbagai komunikasi secara seamless.  Platform yang diintegrasikan ini mencakup toko offline, marketplace, web-commerce, reseller platform hingga media sosial yang dimiliki brand.

Kunci dari seamless experience yang dibangun oleh omni-channel solution ada pada integrasi seluruh platform secara real-time. Hal ini memungkin pelanggan untuk melakukan interaksi dengan brand melalui berbagai macam channel tanpa perlu mengulang alur dari customer journey yang sudah berjalan.

Pernahkah anda ingin membeli barang di sebuah toko tapi harus kecewa karena stok tak tersedia? Pengalaman seperti itu tak akan terjadi berkat omni-channel solution. Ketika stok tak tersedia, anda bisa menunggu sejenak untuk dicarikan stok pada toko terdekat dari lokasi atau meminta untuk dikirimkan langsung ke depan rumah anda. Kemudahan dan pengalaman seperti inilah yang sebenarnya didambakan oleh pelanggan saat ini.

Langkah awal seperti apa yang perlu dimulai oleh brand untuk membangun customer experience lewat omni-channel solution?

Diskusi Smart E-Commerce tentang pada 9 November 2020 (Sumber: PowerCommerce.Asia)

Jangan lewatkan pembahasan lebih lengkap tentang topik "Membangun Customer Experience di Era E-commerce" hanya di Diskusi Solusi untuk UKM Bersama CEO PowerCommerce.Asia, Hadi Kuncoro pada program Smart E-Commerce talks pada hari Senin, 2 November 2020 jam 7 malam broadcasting live on SMART FM Radio. Saksikan siaran LIVE di sini! [PCA/Fahri]