Waspada Zombie Seller Di Tengah Pandemi COVID-19

Ketika mendengar istilah zombie, tentunya kita akan terbayang pada apa yang sering kita temui di film-film, yakni mayat hidup yang memangsa manusia. Tapi bagaimana jadinya kalo istilah zombie ini dikaitkan dengan seller atau penjual? Zombie seller merupakan istilah yang merepresentasikan seller-seller atau merchants di marketplace yang aktif tapi tidak ada penjualan.

Dengan kata lain, zombie seller ini termasuk seller yang tokonya dianggap sudah tidak aktif. Pertanyaannya, apa kaitan antara zombie seller dengan kondisi saat ini? Apakah benar ada banyak zombie seller ketika masa pandemi COVID-19 ini terjadi?

Pada periode awal pandemi COVID-19, tepatnya di tengah kepanikan yang melanda masyarakat; terjadi lonjakan penjualan pada produk-produk yang berkaitan erat dengan pencegahan COVID-19. Tentu kalian ingat momen dimana masker dan hand sanitizer menjadi sangat langka bukan? 

Index pencarian Google juga menunjukkan terjadinya lonjakan pencarian untuk kategori healthcare yang mencapai 20 kali lebih tinggi dibanding biasanya. Tidak mengherankan karena memang di masa-masa pandemi seperti saat ini, medical and healthcare menjadi kategori produk yang sedang diburu oleh pasar, seperti yang bisa dilihat pada bagan di bawah ini.

Survey yang dilakukan oleh consulting company, Redseer juga menunjukkan bahwa pertumbuhan e-commerce di Indonesia akan tetap berada di jalur positif dengan angka pertumbuhan tahunan yang diperkirakan mencapai 50 miliar dolar AS. 

Pada survey tersebut, 30 persen responden mengatakan bahwa mereka baru pertama kali menggunakan online marketplace dan 40 persen dari mereka juga akan tetap berbelanja melalui e-commerce walaupun nanti pandemi telah berakhir.

Waspada Zombie Seller!

Tak heran, di periode kedua local COVID-19, terjadi lonjakan transaksi yang berjalan di marketplace. Lonjakan ternyata juga terjadi pada jumlah penjual di masing-masing marketplace. Tokopedia misalnya, dari jumlah 5 juta seller yang terdaftar, melompat hingga sekitar 8 juta seller. Kondisi serupa juga terjadi di marketplace lain, seperti Shopee dan Blibli.

Kondisi ini didukung oleh data dari Kementerian UMKM yang menunjukkan bahwa semasa pandemi COVID-19 ini telah tercapai 8 juta UMKM yang go-online dan berjualan di marketplace dari target awal 10 juta UMKM on-boarding pasar ke digital pada akhir tahun 2020.

Sayangnya, data mengenai Zombie Seller sampai saat ini masih belum tersedia. Sehingga kondisi real yang terjadi terasa sedikit bias. Berapa persen yang merupakan seller aktif? Berapa persen yang ternyata termasuk dalam zombie seller?  

Satu hal yang perlu PowerPeople ingat, setiap marketplace sudah memiliki kebijakannya masing-masing untuk mengatasi seller-seller yang tidak aktif. Seperti Tokopedia yang akan menghilangkan toko tersebut dari mesin pencarian ataupun Lazada yang tidak akan memproses pesanan dan otomatis membatalkan transaksi yang masuk kepada zombie seller ini.

Lalu bagaimana cara agar kalian tidak masuk dalam kategori tersebut? Padahal seperti yang kita tahu algoritma dari mesin funneling marketplace akan memprioritaskan traffic bagi seller yang aktif dan sering berinvestasi untuk mendatangkan traction, traffic, hingga akhirnya menjadi conversion of sales.

As a pioneer of omni-channel technology solutions and services, PowerCommerce.Asia siap berkolaborasi dan menjadi partner untuk brand owners dan UMKM Indonesia dalam menghadapi kondisi saat ini. Tentunya PowerCommerce.Asia juga bisa menjadi solusi untuk menghindarkan toko online-mu dari kategori zombie seller.

So, what are you waiting for? Feel free to discuss and collaborate with PowerCommerce.Asia![PCA/Fahri]